Pada awal terbentuknya Gerakan Pramuka, Indonesia aktif mengirimkan utusan ke berbagai pelatihan, perkemahan (seperti jambore dan rover moot) maupun konferensi. Pengalaman tersebut memicu timbulnya beragam ide untuk memajukan Gerakan Pramuka.
Kemudian tahun 1970, muncul pemikiran Kwarnas Gerakan Pramuka harus memiliki tempat atau sarana yang memadai untuk mengembangkan kegiatan pendidikan, latihan dan rekreasi sehat bertaraf nasional. Dari ide kemudian membuat perencanaan lalu berusaha untuk merealisasikannya. Akhirnya Kwarnas mendapat tanah yang luas pada tahun 1974.
Tanah yang diperoleh itu berupa tanah bekas Perkebunan Karet Tanjung Oost dan tanah garapan rakyat seluas 233 hektar. Saat itu Kwarnas diberikan hak pakai oleh Gubernur DKI Jakarta dan Gubernur Jawa Barat. Lokasi yang diperoleh itu berada di dua provinsi? Ya. Sebagian tanah itu masuk wilayah Cibubur, Pondok Rangon dan Munjul, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Sebagian lagi masuk wilayah desa Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saat peringatan Dua Windu Gerakan Pramuka diadakan tanggal 14 Agustus 1977 di Cibubur (Apel Besar Hari Pramuka ke-16), Presiden RI bertindak sebagai Pembina upacara meresmikan Widya Mandala Krida Bakti Pramuka (dapat disingkat Wiladatika) usai acara Apel Besar tersebut.
Penggunaan nama Wiladatika berdasarkan SK Kwarnas no. 072/KN/77, 13 Agustus 1977. Widya Mandala Krida Bakti Pramuka dapat diartikan tempat ilmu/pengetahuan dan tempat mengolah Pramuka untuk dapat berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa.
Area Wiladatika terbagi dua peruntukkan. Pertama, untuk Pusat Apriari Pramuka (Madu Pramuka), Taman Bunga Pramuka (dikenal dengan nama Taman Rekreasi Wiladatika, disingkat TRW), dan Pusat Pendidikan Kader Pramuka (kini namanya: Pusdiklatnas). Tanah itu luasnya 24.075 hektar dengan sertifikat no. 3320/1974 Op no. 2601/1974 dari Sub Direktorat Agraria Kabupaten Bogor.
Kedua adalah untuk area perkemahan Situbaru Cibubur (Yang dikenal dengan sebutan “buperta”) seluas 80 hektar, sertifikat tanah no. 8909/1974 dari DKI Jakarta (Jakarta Timur).
Wiladatika terus dibangun dan berkembang. Sarana prasarana serta SDM dipersiapkan. Awalnya, Kwarnas membangun Pusat Apriari Pramuka (1974). Lalu Taman Bunga Pramuka pada tahun 1975, yang diberi nama Bremara Puspa Sari. Setahun kemudian Pusdiklatnas dibangun dan selesai pada tahun 1977.
Jadi di tahun 1977 bangunan selesai dan fasilitas dapat dipergunakan sehingga Ka Mabinas, Presiden Soeharto meresmikan tiga tempat tersebut saat Hari Pramuka 14 Agustus 1977.
__
Penulis: Ndaru/Fitri H./Isha
Artikel Jamnas XI 2022